Jakarta. Apresiasi terhadap inovasi informasi di lingkungan peradilan kembali mengemuka. Seusai penyerahan penghargaan Abhinaya Upangga Wisesa 2025, Rabu (17/12), Ketua Mahkamah Agung Prof. Sunarto bersama para pimpinan MA menyampaikan pembinaan. Di penghujung kegiatan tersebut, Ketua MA secara khusus memberikan apresiasi kepada Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum (Ditjen Badilum) atas konsistensinya mengelola media informasi, salah satunya melalui PODIUM (Podcast Ditjen Badilum).
Apresiasi itu tentu bukan tanpa alasan. Siapa sangka, sebuah podcast yang lahir dari keterbatasan sarana dan dirintis dengan semangat gotong royong kini menjelma menjadi salah satu medium knowledge sharing yang paling dinanti di lingkungan peradilan umum. Sejak diluncurkan pada 2022, PODIUM tumbuh konsisten sebagai ruang dialog, refleksi, dan pertukaran gagasan hukum yang relevan dan membumi.
Perjalanan PODIUM bermula dari pembentukan Tim Pengelola Media Sosial Ditjen Badilum Tahun 2022 oleh Plt. Dirjen Badilum saat itu, Dr. Prim Haryadi. Tim ini dibagi ke dalam sejumlah unit, mulai dari Tim YouTube Channel, Facebook, Instagram, Pengembang Media Sosial, hingga Pengelola Sarana dan Prasarana. Dari struktur inilah gagasan menghadirkan podcast Badilum mulai menemukan bentuknya.
Baca Juga: Kearifan Lokal Suku Kajang, Wujud Membumikan Green Constitutionalism
Di bawah koordinasi Hasanudin, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri Purwakarta, Tim YouTube diisi oleh personel lintas satuan kerja. Mereka antara lain Tomi Sugianto (PN Banjarnegara), Rahmat Sadie (PN Tilamuta), Muhammad Tasnim (PN Pangkajene), Arif Hidayat (Badilum), Ahmad Rizal (Badilum), Rifki Setya Hutama (PN Banjarnegara), Arvin Lazawardi Priambodo (Badilum), dan Martono (PN Pangkajene). Tim ini mengelola dua program utama: podcast dan news.
Penentuan nama podcast pun melalui proses diskusi yang dinamis. Sejumlah usulan sempat mengemuka, mulai dari Pojok Badilum, BBC (Badilum Berbagi Cerita), hingga Judiciary Sharing. Hingga akhirnya dipilih nama PODIUM, usulan dari Tomi Sugianto, yang kemudian disepakati bersama. Adapun logo PODIUM dirancang oleh Rahmat Sadie.
Pada episode-episode awal, yakni episode 1 hingga 5, seluruh tim bekerja secara multitasking. TOR disusun oleh Hasanudin yang juga berperan sebagai host, proses taping dilakukan oleh Tomi Sugianto dengan dukungan rekan-rekan di Badilum seperti Edwin Ruliawan, Arif Hidayat, dan Riswan. Proses penyuntingan video dikerjakan oleh Arvin Lazawardi Priambodo dan Rifki Setya Hutama, thumbnail dibuat oleh Rahmat Sadie, sementara caption disusun oleh Muhammad Tasnim. Semua proses itu dilakukan tanpa studio khusus, dengan peralatan yang sangat terbatas.
Keterbatasan tersebut justru menjadi bahan bakar semangat. Gagasan awal PODIUM berangkat dari visi Hasanudin untuk mendorong transformasi pengetahuan di lingkungan peradilan umum. Materi hukum, kebijakan Mahkamah Agung dan Badilum, hingga isu-isu yang menjadi basic need aparatur peradilan, dikemas dalam format dialog yang komunikatif, ringan, dan mudah diakses.
Dengan hanya bermodalkan kamera DSLR, ponsel sebagai perekam suara, serta perangkat komputer berspesifikasi standar, tim merintis PODIUM dari nol. Mereka menyusun konsep, menentukan narasumber, merancang format acara, hingga memastikan setiap episode tetap setia pada tujuan utamanya: berbagi pengetahuan.
Nama PODIUM sendiri mengandung filosofi yang kuat, sejalan dengan prinsip yang dipegang teguh oleh Hasanudin, yakni man jadda wajada —barang siapa bersungguh-sungguh, ia akan mencapai tujuannya. Filosofi inilah yang menjadi ruh PODIUM hingga kini, tercermin dari konsistensi unggahan setiap dua minggu sekali, tepat pada Senin pagi.
Seiring waktu, PODIUM mengalami transformasi signifikan. Jumlah penonton meningkat tajam, tidak hanya dari kalangan internal Badilum, tetapi juga masyarakat umum. Saat ini, PODIUM telah memasuki Episode ke-71 dengan sekitar 11.900 subscriber. Meski tampil semakin profesional, ruh PODIUM tetap terjaga sebagai ruang berbagi ilmu dan pengalaman yang relevan dan membumi.
Menariknya, sejarah PODIUM juga tidak lepas dari inspirasi daerah. Podcast yang lebih dahulu digagas oleh PN Singkawang pada awal tahun 2021 sempat viral dan menjadi pemantik. Dari sanalah muncul dorongan untuk menghadirkan podcast di tingkat Badilum. Awal tahun 2022 pun menjadi tonggak kelahiran PODIUM, dengan konsep yang dirancang secara mandiri, host yang dipegang langsung, hingga proses teknis yang dikerjakan bersama.
Baca Juga: Ini Kata Albertina Ho Soal Kebijakan MA Dalam Penanganan Perkara Korupsi!
Dari kamera seadanya hingga ditonton ribuan pasang mata, PODIUM membuktikan satu hal: kesungguhan, konsistensi, kolaborasi, dan visi yang jelas mampu melahirkan inovasi bermakna di tubuh peradilan. Dan hingga kini, PODIUM masih terus berdiri tegak sebagai panggung berbagi pengetahuan. (SNR/LDR/HS)
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI