Cari Berita

Midang Bebuke, Tradisi Unik Saat Idul Fitri di Kayuagung

Guntoro Eka Sekti - Dandapala Contributor 2025-03-31 10:30:16
Pakaian Adat Pengantin Wanita di Pakai Juga di Acara Midang Bebuke. Dok. PN Kayuagung

Kayuagung. Midang Bebuke, tradisi turun temurun masyarakat di Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan saat idul fitri. Tradisi unik setiap tahun pada hari ketiga lebaran berupa arak-arakan pakaian adat mengelilingi Sungai Komering diiringi alunan musik jidur.


Midang, dalam istilah masyarakat Kayuagung adalah sebuah kegiatan berjalan kaki dengan menggunakan pakaian adat perkawinan. Sedangkan bebuke artinya lebaran. Sehingga kegiatan arak-arakan dengan mengenakan pakaian adat saat lebaran disebut Midang Bebuke.

Baca Juga: Syawalan dan Lopis Raksasa, Tradisi Dalam Perayaan Idul Fitri di Kota Pekalongan


Dari cerita turun temurun, awal mula Midang Bebuke sudah ada sejak abad ke-17. Dalam sejarahnya, merupakan syarat pernikahan. Konon adanya perbedaan strata sosial, keluarga perempuan meminta berbagai syarat. Salah satunya berupa arak-arakan kereta hias menyerupai naga lengkap dengan berbagai barang kebutuhan rumah tangga yang tidak mungkin terpenuhi. Karena memang sebenarnya pihak perempuan tidak merestui hubungan keduanya.


Singkat cerita, pihak laki-laki pada satu hari sebelum ijab kabul dilaksanakan, pengantin di arak berkeliling di sekitar wilayah Kayuagung. Disertakan pula muda mudi dan sanak keluarga terdekat dengan diiringi hiasan musik Tanjidor. Dengan dipenuhinya syarat maka laki-laki dari keluarga yang kurang mampu tersebut dapat mempersunting perempuan dari keluarga berada.


Sejak saat itu, kegiatan arak-arakan menjadi bagian dari tradisi pernikahan di Kayuagung. Karena terkait dengan pernikahan maka ada pula yang menyebutkanya dengan Midang Begorok atau bersedekah pernikahan.


Tradisi midang sebagai rangkaian acara pernikahan, dengan rangkaian arak-arakan dari rumah pengantian laki-laki ke rumah pengantin perempuan tentu menelan biaya yang cukup besar. Saat ini tidak semua acara pernikahan dapat menjalankan tradisi midang. “Terakhir jika tidak salah sebelum covid, belum tentu ada setiap tahun,” ujar salah satu tokoh di Kayuagung.


Kayuagung sebagai bagian wilayah Ogan Komering Ilir, terdapat beberapa marga diantaranya Marga Bengkulah, Penesak dan Morge Siwea. Morge Siwe sendiri adalah sebutan untuk Kayuagung. Disebut demikian karena Kayuagung terdiri dari sembilan dusun, yaitu Kayuagung Asli, Perigi, Kutaraya, Kedaton, Jua-Jua, Sidakersa, Mangunjaya, Paku dan Sukadana.


Midang sendiri sebagai perkawinan dalam adat yang tertinggi hanya berlaku di Morge Siwe (Sembilan Marga). Karenanya acara Midang di Kayuagung juga disebut Midang Morge Siwe.

Baca Juga: Palembang Punya Tradisi Silaturahmi Lebaran ‘Sanjo’, Apa Itu?


Besarnya biaya, menjadikan midang dalam acara pernikahan semakin jarang dilakukan. Melihat fenomena tersebut, Pemerintah Kabupaten OKI menjadikan acara midang sebagai sebuah agenda tahunan. Selain untuk melestarikan budaya juga menjadi daya Tarik wisata tersendiri di Kota Kayuagung.


Midang sebagai sebuah tradisi telah menjadi agenda tahunan di Kota Kayuagung yang dilaksanakan saat perayaan Idulfitri. Midang Bebuke sebutannya.

Midang sendiri ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBTB) sejak 2019 oleh Kemendikbud RI. Kekayaan khasanah budaya masyarakat Kayuagung dalam domain adat istiadat, ritus dan perayaan. (SEG)

Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp Ganis Badilum MA RI: Ganis Badilum