article | Berita | 2025-09-25 16:00:52
Jakarta – Ketua Mahkamah Agung (MA) Republik Indonesia, Prof. H. Sunarto menegaskan bahwa martabat peradilan tidak hanya lahir dari kesungguhan hakim dan aparatur di ruang sidang, tetapi juga dari kesederhanaan yang dijalankan keluarga besar Dharmayukti Karini (DYK). Pesan itu disampaikan dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 DYK yang digelar serentak pada Kamis (25/9).“Martabat peradilan tumbuh bukan hanya dari kesungguhan hakim dan aparatur di pengadilan, tetapi juga dari kesederhanaan ibu-ibu Dharmayukti Karini di kediaman,” ujar Prof. Sunarto.Ketua MA menyampaikan penghormatan dan apresiasi kepada seluruh anggota DYK di Indonesia. Menurutnya, keteladanan dan pengorbanan istri hakim serta aparatur peradilan menjadi penopang moral sekaligus sumber kekuatan bagi tegaknya martabat lembaga peradilan.Ia juga mengutip pepatah Hafiz Ibrahim, tokoh Mesir, bahwa perempuan adalah sekolah pertama bagi kehidupan. “Perempuan adalah sekolah pertama; jika engkau menyiapkannya dengan baik, berarti engkau menyiapkan sebuah bangsa yang besar,” kutipnya. Dalam konteks DYK, peran para istri hakim dipandang sebagai sekolah kehidupan yang menanamkan nilai kesabaran, ketulusan, dan integritas.Selain itu, Ketua MA mengingatkan pentingnya kebijaksanaan dalam menggunakan media sosial. Ia menegaskan, unggahan berlebihan atau flexing dapat mencederai wibawa lembaga peradilan. “Unggahan flexing bukan hanya berdampak pada pribadi yang bersangkutan, tetapi juga pada lembaga peradilan tempat suami mengabdi,” pesannya. Di akhir sambutannya, Prof. Sunarto menekankan kesederhanaan sebagai pedoman hidup. Pola hidup sederhana, menurutnya, menjauhkan dari iri hati, melahirkan rasa syukur, serta menjadi benteng moral dalam menjaga marwah peradilan. (SNR/LDR)