Cari Berita

Gowes Kemerdekaan, Susuri Sisa Kejayaan VOC hingga Jejak Belanda di Batavia

Tim DANDAPALA - Dandapala Contributor 2025-08-10 19:25:10
Pelabuhan Sunda Kelapa (andi/dandapala)

Jakarta- Pekan depan, Indonesia tepat berusia 80 tahun kemerdekaan. Tapi untuk mencapai kemerdekan itu, bukanlah perkara mudah. Penuh darah dan air mata. Ratusan tahun melawan penjajahan.

DANDAPALA berkesempatan menyusuri sisa-sisa penjajahan itu menggunakan sepeda pekan lalu. Spot pertama adalah Gedung Arsip Nasional Indonesia (ANRI) di Jalan Gajah Mada, Jakarta. Berdasarkan berbagai referensi yang dihimpin DANDAPALA, gedung ini dibangun 1700- dan merupakan kediaman Gubernur Jenderal VOC, salah satunya Reynier de Klerk. 

Tempat ini juga menjadi tempat Menlu AS Hillary Clinton makan malam dalam lawatannya ke Indonesia pada 2009. Saat itu ia dijamu satu meja Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, Lily Munir dan Pramono Anung. Hadir juga dalam jamuan makan malam itu Marzuki Darusman, Suciwati, Azzumardi Azra, hingga Nursyahbani Katjasungkana.

Baca Juga: Hooggerechtshof van Nederlandsch-Indië, Pendahulu Mahkamah Agung pada Masa Kolonial Belanda


Setelah itu, sepeda lipat dikayuh perlahan menyusuri Jalan Gajah Mada. Sekitar 5 KM sampailah di kawasan China Town Pancoran. Zaman dahulu kawasan ini merupakan pemukiman warga-warga Tionghoa. Saat Belanda hadir di Bumi Pertiwi ini, Glodok menjadi kawasan isolasi untuk mereka dengan alasan keamanan. Saat ini menjadi salah satu pecinan tertua yang ada di Indonesia, sedari dulu memang kawasan Pancoran-Glodok telah menjadi pusat perekonomian karena orang-orang Tionghoa yang pintar dalam berbisnis.

Setelah melintasi Kawasan Pecinan, masuklah ke kawasan Batavia. Spot ikon di tempat ini adalah gedung tua, Toko Merah. Gedung ini dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem baron van Imhoff di atas tanah seluas 2.471 meter persegi. Rumah tersebut dibangun sedemikian rupa, sehingga besar, megah dan nyaman. 

Nama ‘Toko Merah’ berdasarkan salah satu fungsinya yakni sebagai sebuah toko milik warga Tionghoa, Oey Liauw Kong sejak pertengahan abad ke-19 untuk jangka waktu yang cukup lama.

Waktu yang mepet membuat harus buru-buru kembali menggowes karena masih banyak yang harus dijelahah. Kemudi sepeda diarahkan ke Jakarta Utara yaitu ke Museum Bahari. Gedung ini berada di muara Kali Ciliwung.

Pada masa pendudukan Belanda, gedung itu merupakan gudang yang berfungsi untuk menyimpan komoditas perdagangan bagi VOC, sebuah kongsi dagang perusahaan Hindia Timur Belanda. Isi gudang terutama rempah-rempah, kopi, hasil tambang dan tekstil. Komoditas tersebut disimpan oleh VOC karena sangat laris di pasaran Eropa. 

Bangunan yang berdiri tahun 1677 ini berada persis di samping muara Ciliwung ini memiliki dua sisi, sisi barat dikenal dengan sebutan Westzijdsche Pakhuizen atau Gudang Barat. Gudang iin dibangun secara bertahap mulai tahun 1652–1771). Dan sisi timur, disebut Oostzijdsche Pakhuizen atau Gudang Timur.

Setelah melihat sisa kemegahan penjajahan VOC, sepeda kembali dikayuh perlahan. Tidak perlu lama karena sudah sampai di Pelabuhan Sunda Kelapa. Tampak truk besar membawa besi, sembako hingga semen sedang bongkar muat ke kapal kayu.

Pelabuhan ini telah dikenal semenjak abad ke-12. Saat itu merupakan pelabuhan terpenting Kerajaan Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Sunda Kalapa diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. 

Para penakluk ini mengganti nama pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk ‘Sunda Kelapa’.

Di pelabuhan ini pula Pangeran Diponegoro berangkat menuju pengasingan di Sulawesi. Hal itu sebagai hukuman dari Penjajah Belanda usai melawan dan mengobarkan Perang Jawa.

Dari Pelabuhan Sunda Kelapa, goweser bisa kembali ke arah Kota Tua lewat Galangan VOC. Letaknya tidak jauh dari Museum Bahadi.

Galangan Kapal VOC didirikan pada 162. Pada waktu itu, 400 tahun lalu, Galangan kapal VOC adalah bangunan penting yang menyokong jaringan niaga di Hindia Belanda. Kapal-kapal, baik besar maupun kecil, bongkar muat di galangan, mengantarkan barang dagangan. Mulai dari rempah hingga kain yang merupakan komoditi berharga mahal.

Hanya sepelemparan batu, goweser sudah sampai ke pusat kota zaman Batavia yang kini menjadi Museum Fatahila.. Bangunan ini dahulu merupakan Balai Kota Batavia (Stadhuis van Batavia). Gedung ini dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Joan van Hoorn.


Bangunan ini menyerupai Istana Damdi Amsterdam. Terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara. Di gedung ini pula. Pangeran Diponegoro ditahan sebelum diberangkatkan ke pengasingan di Sulawesi.

Sejak 30 Maret 1974, bangunan ini kemudian diresmikan oleh Ali Sadikin sebagai Museum Sejarah Jakarta.

Masih di komplek Museum Fatahillah, ada Stasiun Kota. Berusia seratus tahunan, stasiun ini kini masih aktif menjadi salah satu stasiun terpadat di Jakarta.

Batavia Zuid, nama aslinya, awalnya dibangun sekitar tahun 1887. Pada 1926 ditutup untuk direnovasi menjadi bangunan yang kini ada. Selama stasiun ini dibangun, kereta-kereta api menggunakan stasiun Batavia Noord. Pembangunannya selesai pada 19 Agustus 1929 dan secara resmi digunakan pada 8 Oktober 1929. Acara peresmiannya dilakukan secara besar-besaran dengan penanaman kepala kerbau oleh Gubernur Jendral jhr. A.C.D. de Graeff yang berkuasa pada Hindia Belanda pada 1926-1931.

Baca Juga: Tahukah Anda, Begini Embrio Delik Korupsi di Balik Bangkrutnya VOC

Matahari tidak terasa menanjak. Panas mulai menyengat. Perut sudah mulai berontak. Saatnya menuju Ketan Susu (Tansu) Kemayoran yang berada di seberang perempatan Polres Jakpus lewat Jalan Gunung Sahari Raya.

Usaha kuliner tersebut dirintis oleh Haji Sukrad pada 1958. Awalnya, kuliner legendaris itu bernama ketan kobok. Kedai yang menjual kuliner legendaris ini tidak pernah sepi pengunjung. Tansu Kemayoran buka selama 24 jam. Harganya pun masih terjangkau.

Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI