Salah satu buku yang saya rekomendasikan kepada teman-teman terutama yang suka dengan studi politik dan psikologi adalah buku The Righteous Mind: Why Good People Are Divided by Politics and Religion karya Jonathan Haidt. Buku dengan jumlah halaman kurang lebih 400-500 halaman memberikan perspektif baru kepada kita mengenai hubungan rasio dan intuisi moral.
Di dalam buku ini, Haidt menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya lebih sering menggunakan intuisi moral daripada rasio dalam mengambil keputusan. Haidt mengilustrasikan intuisi adalah gajah dan rasio adalah si penunggang gajah. Intuisi moral mendominasi pengambilan keputusan sebagaimana diilustrasikan sebagai gajah dan rasio diilustrasikan dengan penunggang gajah lebih kecil namun mengendalikan bagaimana si gajah seharusnya bertindak.
Namun, menurut Haidt dengan berjalannya waktu si penunggang gajah kemudian akan mengabdi kepada si gajah. Pemikiran ini bukan tanpa dasar, kekuatan intuisi moral dalam mempengaruhi rasio pertama kali dicetuskan oleh David Hume. Hume mempunyai pandangan bahwa rasio adalah abdi bagi intuisi moral. Berbeda dengan Plato yang berpendapat rasio adalah penguasa dan Thomas Jefferson yang menganggap bahwa rasio dan intuisi moral adalah hal yang setara yang saling mempengaruhi.
Baca Juga: Integrasi Reward & Punishment dengan Strategi Kindness: Jalan Etis Menuju Peradilan Agung
Perihal dinamika hubungan rasio dan intuisi moral juga pernah dibahas oleh Daniel Kahneman dalam bukunya yang berjudul Thinking Fast and Slow. Di dalam bukunya itu, Daniel membagi sistem kerja otak menjadi dua yaitu Sistem 1 dan Sistem 2.
Sistem 1 adalah cara kerja otak yang manusia gunakan dalam kehidupan sehari-hari yang sifatnya cepat, intuitif, emosional, dan impulsif. Semenatara itu, Sistem 2 adalah cara kerja otak yang manusia gunakan untuk pekerjaannya yang membutuhkan konsentrasi penuh, logis, dan rasional. Karena digunakan untuk pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi penuh, Sistem 2 banyak menggunakan energi sehingga manusia butuh usaha lebih untuk bisa mengaktifkan Sistem 2.
Dinamika hubungan antara rasio dan intuisi moral menjadi lebih kompleks ketika dikaitkan dalam persoalan politik dan agama. Kontekstualiasi yang dilakukan Haidt menjadi sangat relevan ketika kita membahas bagaimana polarisasi terjadi pada saat musim pemilu. Perbedaan preferensi dalam memilih kandidat pada prinsipnya lebih didominasi oleh intuisi moral dibandingkan dengan rasio.
Untuk memudahkan analisisnya, Haidt membagi landasan moral manusia menjadi 6 yaitu care, fairness, liberty, loyalty, authority, dan sancity. Pembagian landasan moral ini kemudian diterapkan oleh Haidt dalam politik di Amerika Serikat. Secara garis besar, Haidt membagi masyarakat di Amerika Serikat secara politik menjadi 3 bagian yaitu masyarakat dengan haluan politik liberal, libertarian, dan konservatif.
Bagi masyarakat yang berhaluan liberal, landasan moral care, fairness, dan liberty lebih mendominasi dibandingkan dengan landasan moral yang lain. Hal ini dikarenakan masyarakat dengan haluan politik liberal sangat sensitif dengan nilai kepedulian dan keadilan.
Oleh sebab itu, untuk menarik perhatian masyarakat yang berhaluan liberal politisi pada umumnya akan menawarkan program yang mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi sosial dengan tujuan masyarakat miskin menjadi lebih sejahtera seperti program bantuan sosial atau asuransi sosial.
Sementara itu, masyarakat yang berhaluan libertarian, landasan moral liberty menjadi landasan moral yang paling dominan diantara yang lain. Hal ini dikarenakan masyarakat yang berhaluan libertarian sangat anti dengan intervensi pemerintah dalam kehidupan masyarakat dengan asumsi bahwa masyarakat lebih tahu apa yang dibutuhkan olehnya dibandingkan pemerintah.
Oleh sebab itu, untuk menarik perhatian masyarakat yang berhaluan libertarian politis pada umumnya akan menawarkan program yang mendorong pemerintah untuk berhemat dan pengurangan tarif pajak di masyarakat seperti program pengurangan tarif pajak bagi para pengusaha karena dianggap sudah membantu perekonomian negara dengan membuka lapangan pekerjaan.
Kemudian, untuk masyarakat yang berhaluan konservatif, tidak ada landasan moral yang dominan. Keenam landasan moral tersebut seimbang dikarenakan masyarakat konservatif cenderung mempertahankan nilai dan institusi yang sudah ada.
Teori landasan moral yang dikemukakan oleh Haidt pada prinsipnya memberikan kita alat atau perangkat untuk melihat lebih objektif suatu fenomena sosial politik di masyarakat. Landasan moral menurut Haidt dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan bagaimana seseorang tersebut dibesarkan.
Baca Juga: Femisida Dalam Kerangka Hukum Indonesia
Dalam konteks politik dan agama, Haidt melihat manusia cenderung seperti lebah yang mana pandangannya sangat dipengaruhi oleh kelompok di mana manusia tersebut berada. Pandangannya selalu digunakan untuk memberikan justifikasi terhadap pandangan kelompok yang selalu dianggap benar.
Sebagai penutup, buku bertemakan psikologi seperti karya Haidt dan Kahneman sangat bermanfaat bagi kita terutama ketika kita melihat sesuatu yang aneh atau tidak wajar di masyarakat sehingga kita akan lebih terbiasa untuk melihat sesuatu dengan berbagai perspektif dan lebih empati tanpa terjebak untuk langsung menghakimi atau mengambil kesimpulan. Semoga dengan membaca buku ini kita bisa menjadi lebih bijak.
Untuk Mendapatkan Berita Terbaru Dandapala Follow Channel WhatsApp : Info Badilum MA RI